



Untuk Mengenal Siapa Dirimu, Maka Keluarlah dari Duniamu Dalam Rangka Memaknai Realiatas Dunia Luar... Engkau Akan Mengerti Betapa Rendahnya Dirimu Yang Selama Ini Kamu Sombongkan...Dan Ternyata Kamu Tak Lebih Dari Seekor Lalat Yang Selalu Tergantung Pada Orang Lain, Yang Hidup di Dunia Lain Yang Berbeda Dengan Duniamu Sendiri. JADILAH DIRIMU SENDIRI.
Tidak ada manusia yang terlepas dari masalah, meskipun setiap masalah memiliki jalan keluar, kendatipun solusinya adalah bunuh diri ketika tidak bisa bertahan terhadap apa yang menjadi masalah dalam diri tiap manusia. Masalahnya kemudian, bagaimana bisa bertahan hidup dengan berbagai problem yang harus menjadi beban dalam hidup! Pernakah berpikir untuk dapat keluar dari jaring masalah yang kita hadapi? Paling tidak ada dorongan batin untuk menyelesaikan masalah sekecil apapun masalah tersebut. Manusia...manusia, kapan kau bisa sadar akan hidupmu! Padahal dalam dunia ini hanya satu tujuan mencari jalan menuju akhirat. Kalau kita percaya akan keberadaan akhirat itu, yang kekal dan abadi, kenapa mesti mengundur diri untuk dapat menjalaninya. Tapi, ketika kita berfikir tentang akhirat maka seribu macam masalah yang tak terpecahkan. Nah, pernakah kita berfikir tentang masalah itu?
Pukul 02.45 pm, dunia begitu sunyi, tiada terdengar kecuali bisikan hati yang selalu menemani dalam setiap kedip mata, menahan ngantuk, yang terlewatkan melalui goresan setiap kata hati yang mengikuti perginya sang malam. Kuraih setiap lembaran kertas yang berhamburan di lantai dan melihat makna dibalik setiap lembaran. Ah, …tidak mungkin dalam pikirku, menerawang jauh, menatap diriku yang penuh haru. Sungguh manusia begitu kejam terhadap setiap tindakannya, tanpa peduli apa yang ada di sekitarnya. Dunia dalam derita, dunia dalam keterasingan, berharap ada yang memberi kasih dalam kesendirian. Ah, … sebuah hayalan yang mengikuti setiap kepergiannya, dalam renunganku, kuberharap tuk dapat menemui dirimu kembali dalam mimpi didalam tidurku. Jangan bersedih, begitupun diri ini, pikirku, kurelakan kepergianmu tanpa ada duka yang terisap tangis dalam ingatku tentang dirimu, harapku kau dapat kembali dan mengenaliku seperti sedia kala. Tidak ada kata yang bisa keluar dari mulut yang bungkam ini mengiringi kepergianmu, sebuah ingatan pun akan hilang seiring hilangnya engkau dari pandang dan hayalku ini. Selamat jalan dan sampai jumpa dalam setiap hidupmu wahai Si Putih yang merana. Jangan menangis dalam setiap perpisahan ini, sebab perpisahan ini akan menjadi awal dari pemaknaan terhadap hidupmu yang terbuang. Si Putih engkau adalah selembar kertas seputih salju, yang tak memiliki makna dalam hidupmu, kecuali ada yang berbaik hati terhadapmu, dan menjadikanmu sebagai teman setia dalam hidupnya. Nantikanlah setiap orang yang lewat disisimu, dan tetap berdo’a dan berharap untuk diambil dan dimaknai oleh setiap orang. Sehingga kau bukan lagi Si Putih salju yang tak bermakna, akan tetapi menjadi subjek yang bermakna dan berfungsi atas apa yang kau miliki, sehingga orang dapat berkata dan bercerita tentangmu atas dunia dimana engkau dimaknai sebagai subjek, yang memiliki entitas dalam dunia. Sungguh kau sangat berarti bagiku meskipun kau jauh dariku, mungkin suatu saat aku dapat meraih dirimu, dalam lembaran yang berarti dan bermakna untukku.